MAKALAH
“PENANGAN
PASCA PANEN DAN PEMASARAN TANAMAN PANGAN”
DISUSUN
OLEH :
1.
JONI
KURNIAWAN D1A014082
2.
M.
IQBAL KURNIAWAN D1A014076
3.
ARIF
TRIYONO D1A014103
4.
DHAMAYANTI
SHINTA D1A014101
5.
SAVITRI
KHARUNNISA D1A014113
6.
ESTER
E. SIMANJUTAK D1A014088
7.
IMAM
WAHYUDI D1A014093
8.
AGNEYSA
FARDISKA D1A014082
9.
M.
MAULANA D1A014099
10. EKA ISMI FARIDA D1A014104
PRODI
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya tanpa ada hambatan yang berarti.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah pengantar
ilmu pertanian di program studi Agroekoteknologi fakultas pertanian universitas
jambi. Makalah ini dibuat dengan berbagai sumber pencarian informasi dalam
jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa
dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak
terkait yang telah membantu dalam menghadapi berbagai tantangan dalam
penyusunan makalah ini.
Dengan adanya penyusunan makalah ini
penulis berharap memberikan banyak manfaat tidak hanya bagi penulis tapi juga
bagi mahasiswa atau dosen lain sebagai pengkayaan wawasan tentang materi
terkait. Selain itu semoga dengan adanya makalah ini dikemudian hari dapat
digunakan sebagai referensi bagi siapa pun yang berkepentingan.
Penulis menyadari bahwa masih sangat
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu penulis
mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Terima kasih, dan semoga karya
ilmiah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
17 Desember , 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Muka...................................................................................................... 1
Kata pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................... 3
Bab I (Pendahuluan)............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................... 4
1.4 Manfaat penulisan........................................................................................... 4
Bab II ( Pembahasan )........................................................................................... 5
2.1 Ciri dan Umur panen mawar........................................................................... 5
2.2.Cara Panen...................................................................................................... 5
2.3 Periode Panen.................................................................................................. 5
2.4 Prakiraan Produksi.......................................................................................... 6
2.5 Tahap Pengumpulan........................................................................................ 6
2.6 Penyortiran dan Penggolongan....................................................................... 6
2.7 Penyimpanan................................................................................................... 7
2.8 Pengemasan dan pengangkutan...................................................................... 7
Bab III (Penutup).................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 8
3.2 Saran................................................................................................................ 8
Daftar Pustaka....................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Padi sebenarnya
bukanlah hal baru bagi manusia, termasuk di Indonesia. Sudah sejak dahulu nenek
monyang kita membudidayakannya. Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang
sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern.
Beras yang dihasilkan
dari tanaman padi merupakan makanan pokok lebih dari separuh penduduk Asia.
Sekitar 1.750 juta jiwa dari sekitar tiga milyar penduduk Asia, termasuk 200
juta penduduk Indonesia, menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras.
Sementara di Afrika dan Amerika Latin yang berpenduduk sekitar 1,2 milyar,100
juta di antaranya pun hidup dari beras.
Di Indonesia, beras
bukan hanya sekedar komoditas pangan, tetapi juga merupakan komoditas strategis
yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi.
Demikian tergantunya penduduk Indonesia pada beras, maka sedikit saja terjadi
gangguan produksi beras, maka pasokan menjadi terganggu dan harga jual
meningkat. Petani di daerah kita pada umumnya enggan melakukan penanganan pasca
penen. Hal ini selain disebabkan karena kurangnya modal usaha yang berujung
pada rasa ingin segera memasarkan hasil pertanian juga disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tentangan penanganan pasca panen itu sendiri. Penanganan
hasil pertanian yang selama ini sering dilakukan petani hanyalah sekedar
menjemur untuk menghilangkan kadar air yang terdapat di kulit luar produk itu
sendiri, seperti padi, kacang tanah, jagung,kedelai,dan lain lain
B. Rumusan
Masalah
Dengan dibuatnya
makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana tahapan – tahapan yang
dilakukan pada penanganan pasca panen padi agar dapat meningkatkan dan menjaga
kualitas hasil panen padi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Padi (bahasa latin:
Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga
digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang
biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari india atau indocina
dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia
sekitar 1500 SM.Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh
pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan
ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7.
Klasifikasi padi;
Klasifikasi padi;
Ø Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Ø Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Ø Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Ø Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Ø Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ø Sub Kelas: Commelinidae
Ø Ordo: Poales
Ø Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Ø Genus: Oryza
Ø Spesies: Oryza sativa L.
(Pitojo, 2000)
Pengertian pascapanen
hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan
(pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan (Anonim, 1986).
Hasil utama pertanian adalah hasil pertanian yang merupakan produk utama untuk
tujuan usaha pertanian dan diperoleh hasil melalui maupun tidak melalui proses
pengolahan (Anonim, 1986).
Adapun yang dimaksud
dengan penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada
tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen
dan atau diolah lebih lanjut oleh industri ( Anonim, 1986). Penanganan
pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan
langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani
untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya
guna lebih tinggi. Sesuai dengan pengertian tersebut diatas, kegiatan
pascapanen meliputi kegiatan pemungutan hasil (pemanenan), perawatan,
pengawetan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan, penggundangan dan
standardisasi mutu ditingkat produsen. Khususnya terhadap komoditas padi,
tahapan pascapanen padi meliputi pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan,
penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan, standardisasi mutu dan
penanganan limbah.
Penanganan pascapanen
hasil pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas
pertanian dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian
agar dapat menunjang usaha penyediaan bahan baku industri dalam negeri,
meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, meningkatkan devisa negara dan
perluasan kesempatan kerja serta melestarikan sumberdaya alam dan lingkugan
hidup.
Berdasarkan uraian
tersebut diatas menunjukkan bahwa penanganan pascapanen mempunyai peranan yang
sangat luas guna mengatasi masalah yang dihadapi petani. Namun demikian, karena
terlalu banyaknya masalah yang dihadapi, maka penanganan pascapanen tidak dapat
menyelesaikan semua masalah secara sekaligus. Oleh karena itu perlu menetapkan
prioritas masalah yang akan diatasi.
Masalah utama dalam
penanganan pascapanen padi yang dihadapi petani adalah masih tingginya
kehilangan hasil selama penanganan pascapanen yang besarnya sekitar 21%
(BPS,1996) dan rendahnya mutu gabah dan beras yang dihasilkan. Rendahnya mutu
gabah disebabkan oleh tingginya kadar kotoran dan gabah hampa serta butir
mengapur mengakibatkan rendahnya rendemen beras giling yang diperoleh (Setyono dkk.
2000). Butir mengapur selain dipengaruhi oleh faktor genetika, juga dipengaruhi
oleh teknik pemupukan dan pengairan, sedangkan kadar kotoran dipengaruhi oleh
faktor teknis, yaitu cara perontokan. Oleh karena sebagian besar pemanen
merontok padinya dengan cara dibanting atau dengan menggunakan pedal thresher,
maka gabah yang diperoleh mengandung kotoran dan gabah hampa cukup tinggi.
Kehilangan hasil panen
dan rendahnya mutu gabah terjadi pada tahapan pemanenan dan perontokan sehingga
sasaran utama penelitian pascapanen padi saat itu dititikberatkan kepada
penelitian komponen teknologi pemanenan, perontokan sampai kepada rekayasa
sistem pemanenan padi.
Agroindustri padi belum
berkembang seperti yang diharapkan, seperti yang terlihat dalam penggilingan
padi. Pengusaha penggilingan padi umumnya hanya mengutamakan beras hasil
giling, belum memperhatikan secara serius produk samping dan limbahnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Tahapan -
tahapan yang dilakukan pada saat penanganan pasca panen padi antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Penumpukan
dan Pengumpulan
Penumpukan dan
pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi dipanen.
Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pengumpulan padi dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau mengurangi
terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan pengangkutan
padi menggunakan alas. Penggunaan alas dan wadah pada saat penumpukan dan
pengangkutan dapat menekan kehilangan hasil antara 0,94 – 2,36 %.
2. Perontokan
2. Perontokan
Setelah dipanen, gabah
harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat perontokan dapat langsung
dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah diangkut ke rumah. Perontokan
ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin ataupun dengan tenaga manusia.
Bila menggunakan mesin, perontokan dilakukan dengan menyentuhkan malai padi ke
gerigi alat yang berputar. Sementara perontokan dengan tenaga manusia dilakukan
dengan cara batang padi dipukul-pukulkan, malai padipun dapat diinjak-injak
agar gabah rontok. Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat
perontokan maka tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman bambu atau
lembaran plastik tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah
diharapkan dapat tertampung Setelah dirontokkan, butir-butir gabah dikumpulkan
di gudang penyimpanan sementara. Oleh karena tidak semua petani memiliki gudang
sementara, pengumpulan dapat dilakukan di teras rumah atau bagian lain dari
rumah yang tidak terpakai. Gabah tersebut tidak perlu dimasukkan dalam
karung,tetapi cukup ditumpuk setinggi maksimal 50 cm.
3. Pengeringan
Agar tahan lama
disimpan dan dapat digiling menjadi beras, maka gabah harus dikeringkan.
Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar matahari. Gabah yang
dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka. Penggunaan lantai
semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh diterima gabah. Bila
tidak memiliki halaman atau tempat terbuka yang disemen maka halaman tanah pun
dapat dipakai untuk penjemuran. Namun, gabah perlu diletakkan pada alas anyaman
bambu, tikar atau lembaran plastik tebal. Hal ini dilakukan agar gabah tidak
tercampur dengan tanah. Lama jemuran tergantung iklim dan cuaca, bila cuaca
cerah dan matahari bersinar penuh sepanjang hari, penjemuran hanya berlangsung
sekitar 2 – 3 hari. Namun, bila keadaan cuaca terkadang mendung atau gerimis
dan terkadang panas. Waktu penjemurannya dapat berlangsung lama sekitar
seminggu,sampai kadar air mencapai 14%.
4. Penggilingan
Penggilingan dalam
pasca panen padi merupakan kegiatan memisahkan beras dari kulit yang
membungkusnya. Pemisahan secara tradisional menggunakan alat sederhana, yaitu
lesung dan alu. Lesung terbuat dari kayu utuh yang diceruk mirip perahu.
Cerukan pada kayu tersebut berfungsi sebagai tempat gabah ditumbuk. Sementara
alu merupakan pasangan dari lesung sebagai alat penumbuk gabah. Alu tersebut
terbuat dari kayu yang bentuknya bulat panjang seperti pipa. Kendala
penggilingan gabah secara tradisional adalah pengerjaannya sangat lambat,
tenaga kerja yang memadai tidak tersedia dan alatnya sulit dijumpai. Saat ini kebanyakan
lesung dan alu sudah menghilang dari kehidupan petani padi karena kehadiran
alat penggiling yang praktis dan daya kerja cepat. Pemisahan beras dari
kulitnya dapat dilakukan dengan cara modern atau dengan alat penggiling. Alat
yang sering digunakan berupa hulle. Hasil yang diperoleh pada penggilingan
dengan alat penggiling gabah ini sama dengan cara tradisional, yaitu pada tahap
pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada penggilingan tahap kedua, beras akan
menjadi putih bersih.
5. Penyimpanan
Beras
Beras organik yang
sudah digiling secara tradisional maupun modern dapat langsung dipasarkan.
Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka
perlu ada tempat penyimpanan. Teknik penyimpanan beras harus diperhatikan agar
kondisinya tetap bagus hingga saatnya akan dijual
Umumnya beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik berukuran 40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup rapat
Dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain itu, hama bubuk pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus kering, yang dilengkapi dengan ventilasi udara. Penumpukan karung berisi beras di dalam gudang pun harus ditata sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar lebih awal. Akan lebih baik lagi bila setiap karung diberi tindakan khusus seperti tanggal penyimpanan.
Umumnya beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik berukuran 40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup rapat
Dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain itu, hama bubuk pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus kering, yang dilengkapi dengan ventilasi udara. Penumpukan karung berisi beras di dalam gudang pun harus ditata sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar lebih awal. Akan lebih baik lagi bila setiap karung diberi tindakan khusus seperti tanggal penyimpanan.
6. Pemasaran
Ada dua cara pemasaran
beras di Indonesia, pertama petani menjual langsung di lahan pada saat sudah
siap panen kepada pedagang pengumpul yang disebut penebas. Penebas inilah yang
akan memanen dan mengolahnya lebih lanjut menjadi beras. Kedua, petani sendiri
yang memanen,mengeringkan,lalu menjual kepedagang pengumpul,baik berupa gabah
kering giling atau sudah menjadi beras. Penjualan beras biasanya dilakukan
petani langsung kepada pedagang beras di pasar, dititipkan kepasar swalayan
atau dijual langsung ke konsumen.
Bila dijual langsung ke pedagang beras di pasar, keuntungan yang diperoleh
hanyalah berupa uang kontan, kerugiannya adalah harga yang diperoleh tidak
maksimal karena pedagangpun harus mengambil keuntungan saat dipasarkan lebih
lanjut. Bila dititipkan di pasar swalayan, keuntungan yang diperoleh berupa
harga jual yang lebih tinggi. Hanya saja pembayarannya tidak dilakukan secara
tunai, melainkan setelah beras tersebut laku terjual. Beras yang dititipkan
dikemas dalam plastik yang sudah dilengkapi dengan label. Bila dijual langsung
ke konsumen, harganya memang sama dengan harga jual ke pasar swalayan, bahkan
dapat lebih tinggi. Dari segi usaha cara ini kurang praktis karena petani harus
mendatangi konsumen satu persatu.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemanenan
dan perontokan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi petani padi,
karena kedua tahapan pascapanen padi tersebut terjadi kehilangan hasil sangat
tinggi. Banyaknya gabah yang tercecer dan gabah tidak terontok akibat perilaku
pemanen menyebabkan kehilangan hasil pada kedua tahapan tersebut mencapai lebih
dari 15%. Perbaikan pemanenan padi dengan sistem kelompok dapat menekan
kehilangan hasil sampai 3,76%, sehingga dapat menyelamatkan hasil dari
kehilangan sekitar 10%. Pemanenan padi dengan sistem kelompok merupakan salah
satu sumber baru produksi padi, karena dapat menyelamatkan gabah hasil panen
dari kehilangan.
2. Pengembangan
pemanenan padi dengan sistem kelompok selain dapat mengurangi besarnya
kehilangan hasil dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan pemanen, juga
dapat menunjang peningkatan stok pangan nasional. Kelompok jasa pemanen yang
bekerja secara profesional dapat menghindari perbuatan tidak terpuji atau
kecurangan dari anggotanya pada khususnya dan para pemanen pada umumnya, serta
mencegah tumbuhnya para pengasak.
3. Usaha
pelayanan jasa alsintan (UPJA) dalam mengembangkan kelompok jasa perontok,
diharapkan akan mendorong tumbuhnya bengkel-bengkel alsintan yang membuka
lapangan kerja baru di pedesaan. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
pemanenan padi dengan sistem kelompok terus dikembangkan baik di daerah yang
sudah maupun yang belum melaksanakannya. Kerjasama yang baik antara instansi
terkait, kelompok tani, pemuka masyarakat, pemuka agama dan tenaga pemanen
perlu terus dilakukan.
4. Penanganan
pasca panen padi meliputi;
Ø Penumpukan
dan Pengumpulan
Ø Perontokan
Ø Pengeringan
Ø Penggilingan
Ø Penyimpanan
Ø Pemasaran
DAFTAR PUSTAKA
Ø Anonim,
1986. Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 1986. Tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil
Pertanian. Jakarta.
Tahun 1986. Tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil
Pertanian. Jakarta.
Ø Biro Pusat
Statistik, 1996. Survei susut pascapanen MT. 1994/1995
Kerjasama BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas,
Bulog, Bappenas, IPB, dan Badan Litbang Pertanian
Kerjasama BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Badan Pengendali Bimas,
Bulog, Bappenas, IPB, dan Badan Litbang Pertanian
Ø Pitojo, S.
(2000). Budidaya Padi. yogyakarta: kanisius.
Ø Setyono,
A., Sutrisno dan Sigit Nugraha. 2000. Pengujian pemanenan padi
sistem kelompok dengan memanfaatkan kelompok jasa pemanen dan
jasa perontok. Disampaikan pada Apresiasi Seminar Hasil Penelitian
Balitpa, Sukamandi 10-11 Nopember 2000.
sistem kelompok dengan memanfaatkan kelompok jasa pemanen dan
jasa perontok. Disampaikan pada Apresiasi Seminar Hasil Penelitian
Balitpa, Sukamandi 10-11 Nopember 2000.
Produk kami mencakup terpal plastik siap pakai, terpaulin, cover truk, cover kapal, cover mesin, tenda cafe, tenda kerucut / tenda sarnavil, tenda peleton / tenda penampungan, tenda lipat, jaring anggrek, polynet, waring, tambang PE / PP, plastik cor, kantung jenazah,tambang,terpal rollan dsb-nya.
ReplyDeleteUntuk informasi
Bisa email ke tommyindoterpal@gmail.com
Mobile:0813-8061-3685