Skip to main content

Sistem periodik unsur-universitas jambi

SISTEM PERIODIK UNSUR Joni Kurniawan¹ ¹Mahasiswa Universitas Jambi, Fakultas Pertanian,Progam Studi Agroekoteknologi Email : Mynotes.life@gmail.com A. Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur. Sejak lama beberapa unsur telah menjadi beberapa bagian kehidupan manuasia, seperti tembaga , perak ,dan emas yang telah digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan maupun sebagai perhiasan. Seiring waktu para ahli mulai mengetahui bahwa setip unsur memiliki sifat – sifat yang khas. Namun demikian sifat unsur tersebut di tentukan oleh sifat atom-atomnya. Saat ini sudah di temukan 115 dan masih akan di temukan lagi unsur – unsur baru lainnya. Unsur – unsur ini ada yang sifatnya mirip ada yang sama sekali berbeda dengan yang lain. Sistem periodik unsur yang sekarang ini adalah berdasarkan kenaikan nomor atom dan penempatan unsur – unsur dengan sifat-sifat yang mirip di tempatkan dalam satu golongan. Pengelompokkan unsur-unsur disebut juga sistem periodik Unsur-unsur tersebut di dasarkan atas adanya kemiripan sifat-sifatnya. Pengelompokkan ini mengalami perkembangan dari mulai pengelompokkan unsure berdasarkan Sistem Lavoisier, Triad Dobreiner, Newlands, Mendeleev dan sistem periodik modern yang kita gunakan sampai sekarang. Berikut ini penjelasan dari pengelompokkan unsur – unsur : B. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan System Lavoisier Dalam sistem ini pengklasifikasikan unsur di dasarkan pada kemampuan unsur itu untuk menghantarkan listrik dan panas. Menurut sistem ini unsur di kelompokkan menjadi dua jenis yaitu: • Unsur logam Merupakan unsur yang dapat menghantarkan listrik dan panas Contoh : Besi, Tembaga, Perak, Emas, dan sebagainya. • Unsur non logam Merupakan unsur yang tidak dapat menghantarkan panas. Contoh : Belerang, Oksigen, Klor, Nitrogen, Arsen, Fosfor, Hydrogen, dan Karbon. Dari semua unsur yang sudah di temukan pada masa itu. Sebagian besar unsur kurang lebih 70% adalah logam sehingga para ahli mengelompokkan unsur menjadi dua bagian yaitu logam dan nonlogam. C. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Triade Dobreiner Pada tahun 1829 Johan Wolfgan Dobereiner (1780 – 1849) membagi unsur – unsur dalam kelompok – kelompok yang terdiri dari tiga unsur yang di sebut Triade. Menurutnya, anggota triade yang berada di tengah memiliki sifat – sifat diantara kedua nggota triade lainnya dan memiliki massa atom relative yang merupakan rata – rata dari unsur yang mengapitnya. Dalam perkembangannya pengelompokkan triade ini dirasakan tidak efesien mengingat semakin banyaknya unsur – unsur di temukan dan anggota suatu kelompok unsur tidak hanya terdiri tiga unsur. Namun bagaimanapun Tried Doberier merupakan pijakan awal dari pembuatan sistem periodik yang ada sekarang. D. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Hukum Newlands Pada tahun 1865 Jhon Alexander Reina Newlands (1838–1898) mengelompokkan unsur – unsur berdasarkan pertambahan ( kenaikan ) massa atom. Ternyata Newlands menemukakan bahwa pengulangan sifat – sifat unsur sesuai dengan pengulangan not lagu (oktaf), artinya unsur kesatu memiliki sifat yang sama dengan unsur kedelapan, unsur kedua memiliki sifat yang sama dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Keteraturan yang ditemukan Newlands ini terkenal dengan sebutan Hukum Oktaf Newlands. Sama halnya Dobereiner, dalam perkembangannya pengelompokkan Newlands ini dirasakan kurang efesien dan tak mampu menampung jumlah unsur yang semakin banyak. Tabel 2.1 Daftar Oktaf Newlands 1. H 2. Li 3. Be 4. B 5. C 6. N 7. O 8. F 9. Na 10. Mg 11. Al 12. Si 13. P 14. S 15. Cl 16. K 17. Ca 18. Ti 19. Cr 20. Mn 21. Fe 22. Co Ni 23. Cu 24. Zn 25. Y 26. In 27. As 28. Se 29. Br 30. Rb 31. Sr 32. Ce La 33. Zr 34. Di Mo 35.Ro Ru 36. Pd 37. Ag 38. Cd 39. U 40. Sn 41. Sb 42. Te 43. I 44. Cs 45. Ba v 46. Ta 47. W 48. Nb 49. Au 50. Pt, Ir 51. Os 52. Hg 53. Ti 54. Pb 55. Bi 56. Th Hokum Oktaf hanya berlaku untuk unsur – unsur ringan. Jika di teruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Zn mempunyai sifat yang cukup perbeda dengan Be, Mg, dan Ca. hal itu merupakan kelemahan hukum oktaf. Anggapan akan kegagalan usaha pengelompokkan unsur – unsur oleh Newlands memunculkan upaya baru dari para ahli kimia untuk mencari pola pengelompokkan unsur – unsur yang lebih tepat. E. Pengelompokkan Unsur Berdasarkan Meyer dan Mendeleev. Pada tahun 1969, Julius Lothar Meyer di jerman dan Dmitri Ivanovich Mendeleyev di rusia, masing – masing mengumumkan system pengelompokkan unsur – unsur yang lebih sempurna. Mendeleev menyusun unsur – unsur menurut kenaikan massa atom relatifnya dari kiri kekanan dan dari atas kebawah. Unsur – unsur yang sifatnya mirip diletakkan dalam satu lajur vertikal yang di sebut perioda. Dengan mengelompokkan tersebut, Mendeleev menyimpukan bahwa sifat unsur adalah fungsi periodik dari massa atomnya”. Ini di sebut Hukum periodik Mendeleev. Meyer menyusun unsur – unsur berdasarkan sifat - sifat fisika, sedangkan Mendeleev berdasarkan sifat – sifat fisika dan kimia. Meyer dan Mendeleev menyusun system periodik unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Mendeleev mempunyai kelebihan yaitu berani menukar letak unsur – unsur demi mempertahankan kemiripan sifat periodik. Meskipun hal itu menyalahi aturan keperiodikan yang di kemukakan yaitu massa atomnya menjadi menurun bukan naik. Pengelompokkan unsur – unsur oleh Mendeleev di mulai dengan menuliskan lambang unsur serta sifat – sifatnya pada kartu – kartu yang berbeda. Kemudian kartu – kartu di susun berdasarkan kenaikan massa atom relatif unsur dengan memperhatikan keperiodikan unsur – unsur tersebut. Hukum Mendeleev disebut juga hukum periodik. Terdapat dua alasan Hukum Mendeleev jauh lebih maju dibandingkan sistem pengelompokkan Newlands yaitu Pertama, pengelompokkan yang dilakukan Mendeleev memiliki massa atom dan sifat – sifat yang lebih akurat . Kedua, pengelompokkan Mendeleev memungkinkan untuk memprediksi sifat – sifat beberapa unsur yang belum di temukan hingga saat ini. Tabel 2.2 Sistem Periodik Unsur menurut Mendeleev NO Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Gol. V Gol. VI Gol. VII Gol. VIII 1 H. 1 2 Li.7 Be. 9 B. 11 C. 12 N. 14 O. 16 F. 19 3 Na. 23 Mg. 24 Al. 27 Si. 28 P. 31 S. 32 Cl. 35,5 Fe. 56 Co. 59 Ni. 59 Cu. 63 4 K. 39 Ca. 40 …44 Ti. 48 V. 51 Cr. 52 Mn. 55 ? 5 Cu. 63 Zn. 65 …68 …72 As. 75 Se. 78 Br. 80 ? 6 Rb. 85 Sr. 87 Yt. 88 Zr. 90 Nb. 94 Mo.96 …100 Ru. 101 Rh. 103 Pd. 106 Ag. 108 7 Ag. 108 Cd. 112 In. 113 Sn. 118 Sb. 122 Te. 125 I. 127 ? 8 Cs. 133 Ba. 137 Dy. 138 Ce. 140 ? ? ? ? 9 ? ? ? ? ? ? ? ? 10 ? ? Er. 178 La. 180 Ta. 182 W. 184 ? Os. 195 Ir. 197 Pt. 198 Au. 199 11 Au. 199 Hg. 200 Ti. 204 Pb. 207 Bi. 208 ? ? ? 12 ? ? ? Th. 231 ? U. 240 ? ? Unsur – unsur ini bernomor massa 44, 68, 72, dan 100.mendeleev juga telah memprediksi sifat – sifat unsur dan ternyata peridiksinya sangat dekat dengan sifat – sifat unsur setelah di temukan. Misalnya untuk eka-aluminium, dan eka-silikon yang kemudian di ketahui sebagai germanium dan gallium, seperti tertera dalam tabel berikut : Tabel 2.3 Contoh sifat unsur menurut Mendeleev Sifat Prediksi : Eka- Aluminium (1871) Observasi : Galium (1875) Prediksi : Eka- Silikon (1871) Observasi : Germanium (1886) Massa Atomdesitas Rumus oksidasi 68 5,9 (g/cm3) Ea2O3 69,9 5,94(g/cm3) Ga2O3 72 5,5 (g/cm3) EsO2 72,6 5,47(g/cm3) GeO2 F. Pengelompokkan Berdasarkan System Periodik Modern Pada tahun 1913, seorang ahli fisika muda berkebangsaan Ingris henry Moseley (Henry Gwyn-Jeffreys Moseley (1887-1915) menemukan hubungan antara nomor atom dengan frekuensi sinar-X yang dihasilkan dari penembakan unsur tersebut dengan elektron berenergi tinggi, dengan beberapa pengecualian, moseley menemukan bahwa nomor atom meningkat seiring dengan meningkatnya massa atom. Berdasarkan kenyataan ini Moseley memodifikasi sistem periodik Mendeleev dan menghasilkan Sistem Periodik Modernyang kita kenal sekarang ini. Penyusunan sistem periodik unsur berdasarkan nomor atom dan sifat atom dilakukan berdasarkan kenyataan bahwa unsur – unsur yang sama berarti memiliki sifat – sifat yang sama,dapat memiliki massa atom yang berbeda atau isotop. Dengan demikian sifat – sifat kimia suatu unsur tidak ditentukan oleh massa atomnya, melainkan di tentukan oleh jumlah proton dalam atom tersebut. Jika jumlah proton merupakan nomor atom unsur, unsur – unsur di susun berdasarkan kenaikan nomor atom bukan berdasarkan nomor massanya. G. Konfigurasi Elektron Konfigurasi elektron adalah pengisian atau penyebaran elektron – elektron pada kulit - kulit atom. Pengisian elektron pada kulit-kulit atom mempunyai aturan-aturan tertentu sebagai berikut : a. Jumlah maksimum elektron pada suatu kulit memenuhi 2n. b. Jumlah maksimum pada kulit terluar adalah 8. Hal ini disebabkan pada system periodik hanya ada 8 golongan. c. Pada keadaan normal, pengisian electron dimulai dari kulit bagian dalam (kulit K) untuk unsure nomor atom 1 sampai 18, kulit bagian luar diisi setelah kulit bagian dalam terisi penuh. Tabel 2.4 Pengisian Atom dalam Elektron Atom Jumlah electron Kulit k Kulit L Kulit M Kulit N 1H 1 1 3Li 3 2 1 7N 7 2 5 13Al 13 2 8 3 35Br 35 2 8 18 7 Pada kulit berikutnya ternyata jumlah elektron tidak cukup, tetapi lebih besar dari kulit sebelumnya maka di isi sama dengan kulit sebelumnya. Kemudian pada kulit terluar di isi dengan elektron sisanya. H. Perioda dan Golongan PERIODA Perioda adalah kelompok unsur-unsur yang dalam Tabel Periodik Unsur Modern yang tersusun dalam baris horizontal dari kiri ke kanan. Unsur-unsur dalam satu peioda memiliki keteraturan perbedaan sifat fisika maupun kimia. Dalam Tabel Periodik Unsur Modern ada 7 perioda yang diberi nomor 1-7. GOLONGAN Golongan adalah kelompok unsur-unsur dalam Tabel Periodik Unsur Modern yang tersusun dalam kolom vertical ke atas kecuali golongan Lantanida dan Actinida yang disusun secara horizontal. Unsur-unsur dalam satu golongan mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip namun sifat fisika maupun kimia unsure tersebut dapat berubah secara periodic. Dalam Tabel Periodik Unsur Modern terdapat 8 golongan unsur utama, 8 golongan unsure logam transisi, dan 2 golongan unsur logam transisi luar. Golongan unsure utama ini diberi simbol golongan IA - VIIIA. Sedangkan golongan unsur logam transisi diberi simbol IB – VIIIB dan 2 golongan unsure logam transisi luar diberi nama golongan Landanida dan Aktinida. I Sifat – Sifat Periodik Unsur Sifat – sifat unsur yang berubah secara teratur di sebut sifat periodik unsur - unsur. Besar kecilnya jari-jari atom dipengaruhi 2 faktor yaitu : 1) Letak kulit tempat elektron valensi (n) Semakin jauh letak kulit elektron atau makin besar bilangan kuantum utama (n) kulit maka semakin besar jari-jari atom nya. Oleh karena itu dalam satu golongan pada Tabel Periodik Unsur Modern : Dari atas ke bawah, nilai n makin besar berarti makin jauh letak kulit tempat elektron valensi dan makin besar jari-jari atom. 2) Jumlah elektron valensi (N) dan proton (Z) Dalam Tabel Periodik Unsur Modern : Dari kiri ke kanan,jumlah elektron valensi makin banyak, nomor atom makin besar, gaya tarik inti terhadap elektron valensi makin besar dan makin kecil jari-jari atom. J. POTENSIAL IONISASI Potensial ionisasi adalah energi minimum yang di perlukan oleh suatu atom netral atau ion untuk melepas satu elektron yang terikat paling luar dalam fase gas terisolasi. Suatu atom netral di beri energi hingga sebuah elektronnya terlepas, energi yang di berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi pertama Apabila terdapat Na+ (g) di berikan lagi energi sehingga terbentuk Na2+(g) , energy yang di berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi kedua, dan seterusnya. Elektron – electron dalam suatu atom atau ion saling tarik menarik dengan inti atom atau ion tersebut sehingga potensial ionisasinya berharga positif. Semakin kecil jari – jari atom, potensial ionisasinya semakin besar. Dalam satu periode unsur – unsur memiliki jumlah kulit atom yang sama. Semakin kekanan letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin bertambah jumlah elektron pada kulit terluarnya. K. AFINITAS ELEKTRON Afinitas elektron adalah energy yang di lepaskan atau di serap ketika satu elektron ditambah ke atom atau ion dalam fase gas terisolasi. Afinitas elektron umumnya bersifat eksotermis (melepaskan energi), karena elektron yang masuk akan mengalami gaya tarik – menarik dengan inti atom. Variasi afinitas elektron juga di pengaruhi oleh ukuran atom. Semakin dekat atom ke inti atom, semakin besar pula pengaruh gaya tarik inti yang di rasakan elektron tersebut. Atom yang memiliki ukuran yang paling kecil akan memiliki muatan inti efektif yang tinggi pada kulit terluarnya, sehingga memiliki afinitas elaktron yang tinggi. Secara umum dalam satu golongan semakin kebawah, afinitas elektronya semakin kecil. Sementara dalam satu periode semakin ke kanan, afinitas elektronnya semakin besar. Semakin kecil jari – jari atom afinitas elektronnya semakin besar. L. KEELEKTRONEGATIFAN Keelektronegatifan merupakan ukuran kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dalam ikatannya ketika atom – atomtersebut membentuk ikatan. Unsur – unsur yang memiliki keelektronegatifan tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik elektron ikatannya. Dalam suatu molekul, unsur yang lebih elektronegatif bermuatan parsial negatif, sedangkan unsur – unsur yang kurang elektronegatif akan bermuatan parsial positif. Keelektronegatifan merupakan suatu konsep dan tidak memiliki satuan karena hanya merupakan perbandingan kemampuan untuk menarik electron. Secara umum dalam satu periode semakin kekanan, keelektronegatiffan unsur – unsur semakin meningkat seiring dengan menurunnya karakter logam. Sebaliknya, dalam satu golongan semakin ke bawah keelektronegatifan unsur – unsur semakin menurun. Semakin kecil jari – jari atom, keelktronegatifannya semakin besar M. CARA PENANAMAAN SENYAWA KOMPLEKS Senyawa Kompleks.Warna yang tampak dalam senyawakimia tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan pengetahuan tentang struktur dan ikatan di dalam senyawa. Logam-logam unsur transisi pada umumnya berwarna sehingga banyak digunakan, misalnya untuk pigmen cat atau kaca. Mengapa senyawa-senyawa logam transisi berwarna dan berubah warnanya jika ion atau molekul yang terikat pada logam berubah? Pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui pembahasan senyawa kompleks dari logam-logam unsur transisi. 1. Ion Kompleks Ion kompleks adalah senyawa ionik, di mana kation dari logam transisi berikatan dengan dua atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation logam unsur transisi dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom pusat dinamakan ligan (Latin: ligare, artinya mengikat). Menurut teori asam-basa Lewis, ion logam transisi menyediakan orbital d yang kosong sehingga berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron bebas) dan ion atau molekul netral yang memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan berperan sebagai basa Lewis. Contoh ion kompleks adalah [Fe(H2O)6]3+. Atom Fe bermuatan 3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d54s0. Oleh karena atom Fe dapat mengikat enam molekul H2O (netral), atom Fe harus menyediakan enam buah orbital kosong. Hal ini dicapai melalui hibridisasi d2sp3. Proses hibridisasinya adalah sebagai berikut. Konfigurasi atom Fe:Konfigurasi dari ion Fe3+: Oleh karena memerlukan enam orbital kosong, hibridisasi yang terjadi adalah d2sp3, yakni 2 orbital dari 3d, 1 orbital dari 4s, dan 3 orbital dari 4p. Keenam orbital d2sp3selanjutnya dihuni oleh pasangan elektron bebas dari atom O dalam molekul H2O. Molekul atau ion yang bertindak sebagai ligan, yang terikat pada atom pusat, sekurang-kurangnya harus memiliki satu pasang elektron valensi yang tidak digunakan, misalnya Cl–, CN–, H2O, dan NH3. Pada pembentukan ion kompleks, ligan dikatakan mengkoordinasi logam sebagai atom pusat. Ikatan yang terbentuk antara atom pusat dan ligan adalah ikatan kovalen koordinasi. Penulisan rumus kimia untuk ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks digunakan tanda kurung siku. Jadi, dalam rumus [Cu(NH3)4]SO4terdiri atas kation [Cu(NH3)4]2+dan anion SO42–, dengan kation merupakan ion kompleks. Senyawa yang terbentuk dari ion kompleks dinamakan senyawa kompleks atau koordinasi. Ion kompleks memiliki sifat berbeda dengan atom pusat atau ligan pembentuknya. Misalnya, pada ion kompleks Fe(SCN)2+, ion SCN–tidak berwarna dan ion Fe3+berwarna cokelat. Ketika kedua spesi itu bereaksi membentuk ion kompleks, [Fe(SCN)6]3–warnanya menjadi merah darah. Pembentukan kompleks juga dapat mengubah sifat-sifat ion logam, seperti sifat reduksi atau sifat oksidasi. Contohnya, Ag+dapat direduksi oleh air dengan potensial reduksi standar: Ag+(aq) + e– → Ag(s) Eo = +0,799 V Namun ion [Ag(CN)2]–tidak dapat direduksi oleh air sebab ion Ag+sudah dikoordinasi oleh ion CN–menjadi stabil dalam bilangan oksidasi +1. [Ag(CN)2]–(aq) + e– → Ag(s) Eo = –0,31 V 2. Muatan dan Bilangan Koordinasiion kompleks Muatan ion kompleks adalah jumlah muatan atom pusat dan ligannya. Jika ligan suatu molekul netral, muatan ion kompleks berasal dari atom pusat. Pada senyawa [Cu(NH3)4]SO4, muatan ion kompleks dapat dihitung jika muatan anion diketahui. Jika ion sulfat bermuatan 2–, ion kompleks bermuatan 2+, yaitu [Cu(NH3)4]2+. Jika ligan suatu molekul netral maka bilangan oksidasi atom pusat sama dengan muatan ion kompleks. Dalam ion [Cu(NH3)4]2+, biloks Cu sama dengan +2. Atom dalam ligan yang terikat langsung pada atom pusat dinamakan atom donor. Misalnya, ligan NH3dalam ion kompleks [Ag(NH3)2]2+. Atom nitrogen dalam NH3adalah atom donor. Jumlah atom donor yang terikat pada atom pusat disebut bilangankoordinasi logam. Berapakah bilangan koordinasi dalam ion [Ag(NH3)2]2+? Oleh karena ada dua atom nitrogen yang terikat langsung pada Ag maka atom perak memiliki bilangan koordinasi 2. Dalam ion [Cr(H2O)4Cl2]+, krom memiliki bilangan koordinasi 6 sebab ada enam atom yang terikat langsung. Bilangan koordinasi ion logam biasanya dipengaruhi oleh ukuran relatif ion logam dan ligan yang terikat. Jika ukuran ligan besar, boleh jadi hanya beberapa ligan yang terikat. Sebaliknya, jika ukuran ligan kecil maka jumlah ligan yang terikat pada ion logam lebih banyak. Contohnya, besi(III) dapat mengkoordinasi enam ion fluorida membentuk [FeF6]3–, tetapi dengan ion klorida (ion klorida lebih besar dari ion fluorida) hanya dapat mengkoordinasi sebanyak empat membentuk ion [FeCl4]–. Ion kompleks yang memiliki bilangan koordinasi empat dapat berada dalam dua bentuk struktur, yaitu tetrahedral dan segiempat datar. Struktur ion kompleks tetrahedral lebih umum terdapat pada senyawa bukan transisi, sedangkan struktur ion kompleks segiempat datar banyak dijumpai dalam senyawa transisi, seperti pada platina(II) dan emas(III), juga beberapa ion kompleks dari tembaga. ContohMenentukan Muatan, Bilangan Koordinasi, dan Rumus Ion Kompleks Tentukan muatan, bilangan koordinasi, dan rumus ion kompleks yang tersusun dari: a. atom pusat Cu2+dan empat buah ligan H2O. b. atom pusat Fe2+dan enam buah ligan CN–. Jawab: Muatan ion kompleks merupakan jumlah muatan atom pusat dan muatan ligan. Bilangan koordinasi adalah jumlah atom donor yang terikat pada atom pusat secara langsung. Rumus ion kompleks dituliskan dalam kurung siku. Dengan demikian, dapat ditentukan bahwa: a. Bilangan koordinasi Cu = 4 Muatan ion kompleks = 2 + 4 (0) = +2 Rumus ion kompleks adalah [Cu(H2O)4]2+ b. Bilangan koordinasi Fe = 6 Muatan ion kompleks = 2 + 6 (–1) = –4 3. Ligan Polidentat (Senyawa Kelat). Ligan yang telah dibahas sebelumnya, seperti NH3dan Cl–dinamakan ligan monodentat (bahasa Latin: satu gigi). Ligan-ligan ini memiliki atom donor tunggal yang dapat berkoordinasi dengan atom pusat. Beberapa ligan dapat memiliki dua atau lebih atom donor yang dapat dikoordinasikan dengan ion logam sehingga dapat mengisi dua atau lebih orbital d ion logam. Ligan seperti itu dinamakan ligan polidentat (bahasa Latin: bergigi banyak). Oleh karena ligan polidentat dapat mencengkeram ion logam dengan dua atau lebih atom donor, ligan polidentat juga dikenal sebagai zat pengkelat. Ligan en memiliki dua atom nitrogen, masing-masing dengan sepasang elektron bebas yang siap didonorkan. Atom-atom donor ini harus saling berjauhan agar keduanya dapat mengkoordinasi ion logam membentuk kompleks dengan posisi berdampingan. Ion kompleks [Co(en)3]3+mengandung tiga ligan etilendiamin. Ion kompleks tersebut membentuk struktur koordinasi oktahedral dengan atom kobalt(III) sebagai atom pusatnya (b) Struktur ion kompleks [Co(en)3]3+ Zat pengkelat seperti EDTA pada Gambar 4.4c sering digunakan dalam analisis kimia, terutama dalam menentukan kadar ion kalsium dalam air. Ion EDTA4–memiliki enam atom donor (4 dari gugus COO–, 2 dari atom N). Dengan EDTA, tingkat kesadahan air dapat diukur. Dalam bidang kedokteran zat pengkelat sering digunakan untuk mengeluarkan ion logam, seperti Hg2+, Pb2+, dan Cd2+. Dalam sistem tubuh terdapat zat pengkelat, seperti mioglobin dan oksihemoglobin. 4. Tata Nama Senyawa Kompleks. Tata nama senyawa kompleks disusun berdasarkan aturan Alfred erner, pakar Kimia Swiss yang sudah bekerja meneliti senyawa kompleks lebih dari 60 tahun. Aturan penamaannya adalah sebagai berikut. 1. Tata nama untuk ligan bermuatan negatif ditambah akhiran –o, contoh: LiganNamaLiganNama F-FluoroNO3–Nitrato Cl-KloroOH–HidroksoBr-Bromo O2–Okso I-IodoNH2–Amido CN-SianoC2O4–Oksalato NO2-NitroCO32–Karbonato ONO- Nitrito 2. Tata nama untuk ligan netral digunakan nama molekulnya, kecuali empat ligan yang sudah dikenal umum, seperti a ua (H2O), amina (NH3), karbonil (CO), dan nitrosil (NO). 3. Nama ligan diurut menurut alfabetis (urutan ligan adalah pertama nama ligan negatif, nama ligan netral, dan nama ligan positif). 4. Jika lebih dari satu ligan yang sama digunakan kata depan di– (dua), tri– (tiga), tetra– (empat), dan seterusnya. 5. Jika nama ligan dimulai dengan huruf vokal untuk ligan polidentat, penomoran menggunakan awalan bis– (dua), tris– (tiga), dan tetrakis–(empat). 6. Nama ligan dituliskan terlebih dahulu diikuti nama atom pusat. 7. Jika kompleks suatu kation atau molekul netral, nama atom pusat dituliskan sama seperti nama unsur dan diikuti oleh angka romawi dalam kurung yang menunjukkan bilangan oksidasinya. 8. Jika kompleks suatu anion, penulisan nama dimulai dari kation diikuti nama anion. 9. Jika kompleks suatu anion, akhiran –at ditambahkan kepada nama induk logam, diikuti angka romawi yang menyatakan bilangan oksidasi logam. DAFTAR PUSTAKA Hang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Erlangga Cotton, wilkinson. 2007. Kimia Anorgani Dasar. Jakarta: UI Press Goldberg,David.E. 2007. Kimia untuk Pemula Edisi 3. Jakarta: Erlangga Keenan, dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Lestari, Sri. 2004. Mengurai Susunan Periodik UnsurKimia. Jakarta: Kawan pustaka Purba, Michael. 2006. Kimia SMA. Jakarta: Erlangga Rahmi. Sistem-sistem Periodik, dalamhttp://rahmikimia.wordpress.com/kimia-kelas-x/2-sistem-periodik-unsur/c-sifat-sistem-periodik/(akses 17 september 2012) Sunarya, Yayan. 2000. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: Alkemi Grafindo Press Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB Utami, Budi. Dasar dan Penyusunan Sistem Periodik Unsur, dalam http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/tabel-periodik-unsur-dan-struktur-atom/dasar-dan-penyusunan-sistem-periodik-unsur-modern/ (akses 17 September 2012) Yohanes S. 2009. Mahir Kimia SMA X, XI, XII. Yogyakarta: Kendi Mas Media

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PERTUMBUHAN KURVA JAGUNG

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN KURVA PERTUMBUHAN JAGUNG Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan                         DISUSUN OLEH :   JONI KURNIAWAN                             D1A014082       PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2016   1.      Judul Praktikum Kurva pertumbuhan jagung 2.      Prinsip teori   Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk menggunakan zat-karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung cukup cahaya dan oleh karena itu maka asimilasi zat-karbon disebut juga fotosintesis. Lengkapnya adalah bahwa fotosintesis atau asimilasi zat-karbon itu suatu proses di mana zat-zat anorganik H 2 O dan CO 2  oleh klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolon

makalah penanganan pasca panen tanaman pangan padi- universitas jambi

MAKALAH “PENANGAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN TANAMAN PANGAN” DISUSUN OLEH : 1.          JONI KURNIAWAN                       D1A014082 2.          M. IQBAL KURNIAWAN              D1A014076 3.          ARIF TRIYONO                              D1A014103 4.          DHAMAYANTI SHINTA               D1A014101 5.          SAVITRI KHARUNNISA              D1A014113 6.          ESTER E. SIMANJUTAK             D1A014088 7.          IMAM WAHYUDI                           D1A014093 8.          AGNEYSA FARDISKA                 D1A014082 9.          M. MAULANA                                 D1A014099 10.      EKA ISMI FARIDA                                    D1A014104 PRODI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan benar, serta tepat pad

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN KACANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN   1.1      Latar Belakang Kacang panjang ( Vigna sinensis (L.))  merupakan komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beberapa kendala dalam meningkatkan produksi kacang panjang yaitu masih kurangnya minat petani untuk menanam kacang panjang sebagai tanaman utama, produktivitas masih rendah, dan harga yang fluktuatif. Selain kendala tersebut, kendala yang langsung dialami petani yaitu adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Badan Pusat Statistik (2012) menyatakan bahwa produktivitas kacang panjang pada tahun 2010 sebesar 489,449 ton, tetapi pada tahun 2011 produktivitas kacang panjang menurun menjadi 458,307 ton. Penurunan ini disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit. Hama penting pada kacang panjang adalah penggerek polong Maruca testulalis (Lepidoptera: Pyralidae). Hama yang dilaporkan menyerang kacang panjang antara lain, tungau merah Tetranychus bimaculatus , kutu kebul Bemisia tabaci , penggerek p