STRUKTUR
ATOM
Joni
Kurniawan¹
¹Mahasiswa
Universitas Jambi, Fakultas Pertanian, Progam studi Agroekoteknologi.
Email : Mynotes.life@gmail.com
1.
DEFINISI ATOM
“Atom” kata ini berasal dari bahasa yunani atomos yang berarti tidak
dapat dipotong. Sesuai pengertian tersebut,Atom-atom adalah partikel penyusun
semua benda yang berukuran sangat kecil. Di dalam atom juga terdapat sub-atom,
yaitu partikel penyusun atom yang ukurannya lebih kecil. Sulit bagi kita untuk
membayangkan seberapa kecil atom ini, satu titik yang ada di akhir kalimat ini
saja memiliki panjang sekitar 20 juta atom. Setiap atom memiliki inti, yang
terdiri dari proton dan neutron, serta elektron yang bergerak cepat di sekitar inti.
Elektron-elektron ini terdapat pada tingkatan energi yang berbeda-beda, yang
disebut kulit, tiap kulit memiliki jumlah batas untuk elektron, apabila
elektron di kulit pertama sudah memenuhi batas, maka elektron akan memenuhi
kulit kedua dan seterusnya. Berdasarkan penjelasan di atas, elektron,neutron
dan proton merupakan bagian terkecil dari atom, namun para ilmuan modern
berpendapat bahwa proton dan neutron tersusun atas partikel-partikel yang lebih
kecil lagi yang disebut kuark.
2.
SEJARAH ATOM
Konsep bahwa materi terdiri dari
satuan-satuan terpisah yang tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan yang lebih
kecil telah ada selama satu milenium. Namun, pemikiran tersebut masihlah
bersifat abstrak dan filosofis, daripada berdasarkan pengamatan empiris dan eksperimen.
Secara filosofis, deskripsi sifat-sifat atom bervariasi tergantung pada budaya
dan aliran filosofi tersebut, dan seringkali pula mengandung unsur-unsur spiritual
di dalamnya. Walaupun demikian, pemikiran dasar mengenai atom dapat diterima
oleh para ilmuwan ribuan tahun kemudian, karena ia secara elegan dapat
menjelaskan penemuan-penemuan baru pada bidang kimia.
Rujukan paling awal mengenai konsep
atom dapat ditilik kembali kepada zaman India kuno pada tahun 800 sebelum masehi,
yang dijelaskan dalam naskah filsafat Jainisme sebagai anu dan paramanu. Aliran
mazhab Nyaya dan Vaisesika mengembangkan teori yang menjelaskan bagaimana
atom-atom bergabung menjadi benda-benda yang lebih kompleks. Satu abad kemudian
muncul rujukan mengenai atom di dunia Barat oleh Leukippos, yang kemudian oleh
muridnya Demokritos pandangan tersebut disistematiskan. Kira-kira pada tahun 450
SM, Demokritos menciptakan istilah atomos (bahasa Yunani: ἄτομος), yang berarti
"tidak dapat dipotong" ataupun "tidak dapat dibagi-bagi lagi".
Teori Demokritos mengenai atom bukanlah usaha untuk menjabarkan suatu fenomena
fisis secara rinci, melainkan suatu filosofi yang mencoba untuk memberikan jawaban
atas perubahan-perubahan yang terjadi pada alam. Filosofi serupa juga terjadi
di India, namun demikian ilmu pengetahuan modern memutuskan untuk menggunakan
istilah "atom" yang dicetuskan oleh Demokritos.
Kemajuan lebih jauh pada pemahaman
mengenai atom dimulai dengan berkembangnya ilmu kimia. Pada tahun 1661, Robert
Boyle mempublikasikan buku The Sceptical Chymist yang berargumen bahwa materi-materi
di dunia ini terdiri dari berbagai kombinasi "corpuscules", yaitu
atom-atom yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pandangan klasik yang berpendapat
bahwa materi terdiri dari unsur-unsur udara, tanah, api, dan air. Pada tahun
1789, istilah element (unsur) didefinisikan oleh seorang bangsawan dan peneliti
Perancis, Antoine Lavoisier, sebagai bahan dasar yang tidak dapat dibagibagi lebih
jauh lagi dengan menggunakan metode-metode kimia.
Berbagai atom dan molekul yang
digambarkan pada buku John Dalton, A New System of Chemical Philosophy (1808). Pada
tahun 1803, John Dalton menggunakan konsep atom untuk menjelaskan mengapa
unsur-unsur selalu bereaksi dalam perbandingan yang bulat dan tetap, serta mengapa
gas-gas tertentu lebih larut dalam air dibandingkan dengan gas-gas lainnya. Ia
mengajukan pendapat bahwa setiap unsur mengandung atom-atom tunggal unik, dan
atom-atom tersebut selanjutnya dapat bergabung untuk membentuk senyawasenyawa kimia.
Teori partikel ini kemudian dikonfirmasikan lebih jauh lagi pada tahun 1827,
yaitu ketika botaniwan Robert Brown menggunakan mikroskop untuk mengamati
debu-debu yang mengambang di atas air dan menemukan bahwa debu-debu tersebut
bergerak secara acak. Fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Gerak
Brown". Pada tahun 1877, J. Desaulx mengajukanpendapat bahwa fenomena ini
disebabkan oleh gerak termal molekul air, dan pada tahun 1905 Albert Einstein
membuat analisis matematika terhadap gerak ini. Fisikawan Perancis Jean Perrin
kemudian menggunakan hasil kerja Einstein untuk menentukan massa dan dimensi
atom secara eksperimen, yang kemudian dengan pasti menjadi verifikasi atas
teori atom Dalton.
Berdasarkan hasil penelitiannya
terhadap sinar katoda, pada tahun 1897 J. J. Thomson menemukan elektron dan
sifatsifat subatomiknya. Hal ini meruntuhkan konsep atom sebagaisatuan yang
tidak dapat dibagi-bagi lagi. Thomson percaya bahwa elektron-elektron
terdistribusi secara merata di seluruh atom, dan muatan-muatannya diseimbangkan
oleh keberadaan lautan muatan positif (model puding prem). Namun pada tahun
1909, para peneliti di bawah arahan Ernest Rutherford menembakkan ion helium ke
lembaran tipis emas, dan menemukan bahwa sebagian kecil ion tersebut dipantulkan
dengan sudut pantulan yang lebih tajam dari yang apa yang diprediksikan oleh
teori Thomson. Rutherford kemudian mengajukan pendapat bahwa muatan positif
suatu atom dan kebanyakan massanya terkonsentrasi pada inti atom, dengan elektron
yang mengitari inti atom seperti planet mengitari matahari. Muatan positif ion
helium yang melewati inti padat ini haruslah dipantulkan dengan sudut pantulan
yang lebih tajam. Pada tahun 1913, ketika bereksperimen dengan hasil proses peluruhan
radioaktif, Frederick Soddy menemukan bahwa terdapat lebih dari satu jenis atom
pada setiap posisi tabel periodik. Istilah isotop kemudian diciptakan oleh
Margaret Todd sebagai nama yang tepat untuk atom-atom yang berbeda namun merupakan
satu unsur yang sama. J.J. Thomson selanjutnyamenemukan teknik untuk memisahkan
jenis-jenis atom tersebut melalui hasil kerjanya pada gas yang terionisasi. Model
atom hidrogen Bohr yang menunjukkan loncatan elektron antara orbit-orbit tetap
dan memancarkan energi foton dengan frekuensi tertentu.
Sementara itu, pada tahun 1913
fisikawan Niels Bohr mengkaji ulang model atom Rutherford dan mengajukan pendapat
bahwa elektron-elektron terletak pada orbit-orbit yang terkuantisasi serta
dapat meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya, meskipun demikian tidak dapat
dengan bebas berputar spiral ke dalam maupun keluar dalam keadaan transisi.
Suatu elektron haruslah menyerap ataupun memancarkan sejumlah energi tertentu
untuk dapat melakukan transisi antara orbit-orbit yang tetap ini. Apabila
cahaya dari materi yang dipanaskan memancar melalui prisma, ia menghasilkan
suatu spektrum multiwarna. Penampakan garis-garis spektrum tertentu ini berhasil
dijelaskan oleh teori transisi orbital ini. Ikatan kimia antar atom kemudian
pada tahun 1916 dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis sebagai interaksi antara elektron-elektron
atom tersebut. Atas adanya keteraturan sifatsifaT kimiawi dalam tabel periode
kimia, kimiawan Amerika Irving Langmuir tahun 1919 berpendapat bahwa hal ini
dapat dijelaskan apabila elektron-elektron pada sebuah atom saling berhubungan
atau berkumpul dalam bentuk-bentuk tertentu. Sekelompok elektron diperkirakan
menduduki satu set kelopak elektron di sekitar inti atom. Percobaan
Stern-Gerlach pada tahun 1922 memberikan bukti lebih jauh mengenai sifat-sifat
kuantum atom. Ketika seberkas atom perak ditembakkan melalui medan magnet, berkas
tersebut terpisah-pisah sesuai dengan arah momentum sudut atom (spin). Oleh
karena arah spin adalah acak, berkas ini diharapkan menyebar menjadi satu
garis. Namun pada kenyataannya berkas ini terbagi menjadi dua bagian,
tergantung dari apakah spin atom tersebut berorientasi ke atas ataupun ke bawah.
Pada tahun 1926, dengan menggunakan
pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku seperti gelombang, Erwin Schrodinger
mengembangkan suatu model atom matematis yang menggambarkan elektron sebagai
gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel. Konsekuensi
penggunaan bentuk gelombang untuk menjelaskan elektron ini adalah bahwa adalah
tidak mungkin untuk secara matematis menghitung posisi dan momentum partikel
secara bersamaan. Hal ini kemudian dikenal sebagai prinsip ketidakpastian, yang
dirumuskan oleh Werner Heisenberg pada 1926. Menurut konsep ini, untuk setiap pengukuran
suatu posisi, seseorang hanya bisa mendapatkan kisaran nilai-nilai probabilitas
momentum, demikian pula sebaliknya. Walaupun model ini sulit untuk
divisualisasikan, ia dapat dengan baik menjelaskan sifat-sifat atom yang
terpantau yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan oleh teori mana pun. Oleh
sebab itu, model atom yang menggambarkan elektron mengitari inti atom seperti
planet mengitari matahari digugurkan dan digantikan oleh model orbital atom di
sekitar inti di mana elektron paling berkemungkinan berada.
Perkembangan pada spektrometri massa
mengijinkan dilakukannya pengukuran massa atom secara tepat. Peralatan spektrometer
ini menggunakan magnet untuk membelokkan trayektori berkas ion, dan banyaknya
defleksi ditentukan dengan rasio massa atom terhadap muatannya. Kimiawan
Francis William Aston menggunakan peralatan ini untuk menunjukkan bahwa isotop
mempunyai massa yang berbeda. Perbedaan massa antar isotop ini berupa bilangan
bulat, dan ia disebut sebagai kaidah bilangan bulat. Penjelasan pada perbedaan
massa isotop ini berhasil dipecahkan setelah ditemukannya neutron, suatu
partikel bermuatan netral dengan massa yang hampir sama dengan proton, yaitu
oleh James Chadwick pada tahun 1932. Isotop kemudian dijelaskan sebagai unsur
dengan jumlah proton yang sama, namun memiliki jumlah neutron yang berbeda
dalam inti atom.
Pada tahun 1950-an, perkembangan
pemercepat partikel dan detektor partikel mengijinkan para ilmuwan mempelajari dampak-dampak
dari atom yang bergerak dengan energi yang tinggi. Neutron dan proton kemudian
diketahui sebagai hadron, yaitu komposit partikel-partikel kecil yang disebut
sebagai kuark. Model-model standar fisika nuklir kemudian dikembangkan untuk menjelaskan
sifat-sifat inti atom dalam hal interaksi partikel subatom ini. Sekitar tahun
1985, Steven Chu dkk. di Bell Labs mengembangkan sebuah teknik untuk menurunkan
temperatur atom menggunakan laser. Pada tahun yang sama, sekelompok ilmuwan
yang diketuai oleh William D. Phillips berhasil memerangkap atom natrium dalam
perangkap magnet. Claude Cohen-Tannoudji kemudian menggabungkan kedua teknik tersebut
untuk mendinginkan sejumlah kecil atom sampai beberapa mikrokelvin. Hal ini
mengijinkan ilmuwan mempelajari atom dengan presisi yang sangat tinggi, yang
pada akhirnya membawa para ilmuwan menemukan kondensasi Bose-Einstein. Dalam
sejarahnya, sebuah atom tunggal sangatlah kecil untuk digunakan dalam aplikasi
ilmiah. Namun baru-baru ini, berbagai peranti yang menggunakan sebuah atom
tunggal logam yang dihubungkan dengan ligan-ligan organik (transistor elektron
tunggal) telah dibuat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memerangkap
dan memperlambat laju atom menggunakan pendinginan laser untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik mengenai sifat-sifat atom
B. Struktur Atom
Struktur atom merupakan satuan dasar
materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang
mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang bermuatan positif
dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak
memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom
oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu
sama lainnya membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan
elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan
elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan ion.
Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah
proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom
menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur
tersebut.
Atom hanya dapat dipantau menggunakan
peralatan khusus seperti mikroskop penerowongan payaran. Lebih dari 99,9% massa
atom berpusat pada inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir
sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak
stabil yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan
transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron yang
terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil
dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun
memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron
pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan mempengaruhi
sifat-sifat magnetis atom tersebut. (Beiser Arthur,1987).
C. PARTIKEL PENYUSUN
STRUKTUR ATOM
a.
Elektron
Elektron adalah
partikel subatomik yang bermuatan negatif. Seperti semua partikel, elektron
dapat berperilaku seperti gelombang. Pernyataan De Broglie yang menyatakan
bahwa partikel dapat bersifat sebagai gelombang telah menginspirasi Schrodinger
untuk menyusun model atomnya dengan memperhatikan sifat elektron bukan hanya
sebagai partikel tetapi juga sebagai gelombang, artinya dia menggunakan
dualisme sifat elektron.
Perilaku elektron
seperti gelombang dideskripsikan menggunakan fungsi matematika yang disebut
orbital elektron. Tiap-tiap orbital atom memiliki satu set bilangan kuantumnya
sendiri, yaitu energi, momentum sudut, dan proyeksi momentum sudut. Tiap
orbital hanya dapat diduduki oleh dua elektron, yang harus berbeda dalam
bilangan kuantum spinnya.
Untuk menentukan
kedudukan suatu elektron di dalam atom digunakan 4 bilangan kuantum:
Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4 bilangan
kuantum.
1) Bilangan Kuantum Utama (n), yaitu menyatakan nomor kulit.
a. Elektron pada kulit ke-1 memiliki harga n = 1
b. Elektron pada kulit ke-2 memiliki harga n = 2
c. Elektron pada kulit ke-3 memiliki harga n = 3
2) Bilangan Kuantum Azimuth (l), yaitu menyatakan nomor subkulit.
a. Elektron pada subkulit s memiliki harga l = 0
b. Elektron pada subkulit p memiliki harga l = 1
c. Elektron pada subkulit d memiliki harga l = 2
d. Elektron pada subkulit f memiliki harga l = 3
3) Bilangan Kuantun Magnetik (m), yaitu menyatakan nomor orbital.
Subkulit
|
Harga masing-masing orbital
|
s ( l = 0 )
p ( l = 1 )
d ( l = 2 )
f ( l = 3 )
|
0
-1, 0, +1
-2, -1, 0, +1, +2
-3, -2, -1, 0, +1, +2, +3
|
Harga m berkisar antara – l sampai + l.
4) Bilangan Kuantum Spin (s), yaitu menyatakan arah rotasi elektron.
s = + ↑↓ s = -
Elektron bergerak di sekitar sumbu melewati pusatnya. Kedua arah spin
menunjukkan harga yang mungkin untuk bilangan kuantum.
Elektron-elektron pada kulit yang sama memiliki harga n yang
sama.
Elektron-elektron pada subkulit yang sama memiliki harga n
dan l yang sama.
Elektron-elektron pada orbital yang sama memiliki harga n, l, dan
m yang sama dan harga s yang berbeda.
b. Proton
Oleh karena
elektron merupakan penyusun atom yang bermuatan negatip, berarti materi harus
mengandung penyusun lain yang bermuatan positip. Hal ini dibuktikan oleh
Goldstein (1886) dan Wien yang juga disebut sinar terusan atau sinar kanal.
Partikel positip ini terjadi karena tabrakan antara partkel gas dalam tabung
dengan elektron berenergi besar yang bergerak dari katoda ke anoda dalam tabung
gas. Dari berbagai eksperimen diperoleh dua perbedaan terpentingmdari
pengukuran e/m terhadap elektron.
a. Perbandingan
muatan/massa untuk ion positip berbeda, jika gas dalam tabung berbeda. Pada
massa pengukuran e/m elektron diperoleh harga yang sama apapun jenis gas yang terdapat
di dalamnya.
b. Harga
muatan/massa untuk ion positip jauh lebih kecil dari harga untuk elektron.
Fakta ini menunjukkan bahwa ion positip terbentuk dari gas yang terdapat dalam
tabung dan massanya
lebih besar
dari massa elektron.
Diperoleh hasil, bahwa harga e/m untuk sinar terusan hidrogen lebih
besar dari e/m untuk elektron. Dari sini dipostulatkan, bahwa H+ adalah suatu
partikel dasar atom yang besar muatannya sama dengan muatan elektron tetapi
tandanya berlawanan.
C. Neutron
Neutron
atau netron adalah partikel subatomik yang tidak bermuatan (netral) dan
memiliki massa 940 MeV/c² (1.6749 × 10-27 kg, sedikit lebih berat dari proton.
Putarannya adalah ½. Inti atom dari kebanyakan atom (semua kecuali isotop
Hidrogen yang paling umum, yang terdiri dari sebuah proton) terdiri dari proton
dan neutron. Di luar inti atom, neutron tidak stabil dan memiliki waktu paruh
sekitar 15 menit (881.5±1.5 detik), meluluh dengan memancarkan elektron dan
antineutrino untuk menjadi proton. Metode peluruhan yang sama (peluruhan beta)
terjadi di beberapa inti atom. Partikel-partikel dalam inti atom biasanya
adalah neutron dan proton, yang berubah menjadi satu dan lainnya dengan
pemancaran dan penyerapan pion.
Sebuah
neutron diklasifikasikan sebagai baryon dan terdiri dari dua quark bawah dan
satu quark atas. Persamaan Neutron antibendanya adalah antineutron. Perbedaan
utama dari neutron dengan partikel subatomik lainnya adalah mereka tidak
bermuatan. Sifat netron ini membuat penemuannya lebih terbelakang, dan sangat
menembus, membuatnya sulit diamati secara langsung dan membuatnya sangat pentin
sebagai agen dalam perubahan nuklir. Penelitian yang dilakukan Rutherford
selain sukses mendapatkan beberapa hasil yang memuaskan juga mendapatkan
kejanggalan yaitu massa inti atom unsur selalu lebih besar daripada massa
proton di dalam inti atom. Rutherford menduga bahwa terdapat partikel lain di
dalam inti atom yang tidak bermuatan karena atom bermuatan positif disebabkan
adanya proton yang bermuatan positif. Adanya partikel lain di dalam inti atom
yang tidak bermuatan dibuktikan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Chadwick
melakukan penelitian dengan menembak logam berilium menggunakan sinar alfa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suatu partikel yang tak bermuatan dilepaskan
ketika logam berilium ditembak dengan sinar alfa dan partikel ini disebut
sebagai neutron. Neutron tak bermuatan dan bermassa 1 sma (pembulatan).
d. Inti Atom ( Nukleus)
Inti
atom Setelah penemuan proton dan elektron, Ernest Rutherford melakukan
penelitian penembakan lempang tipis emas. Jika atom terdiri dari partikel yang
bermuatan positif dan negatif maka sinar alfa yang ditembakkan seharusnya tidak
ada yang diteruskan/ menembus lempeng sehingga mincullah istilah inti atom.
Ernest Rutherford dibantu oleh Hans Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan
konsep inti atom didukung oleh penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895) dan
penemuan zat radioaktif (1896). Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai
berikut. Hasil percobaan ini membuat Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa
atom tersusun dari inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi elektron
yang bermuatan negatif, sehingga atom bersifat netral. Massa inti atom tidak
seimbang dengan massa proton yang ada dalam inti atom, sehingga dapt diprediksi
bahwa ada partikel lain dalam inti atom.
D. KONFIGURASI ELEKTRON
Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu
semua orbital ini terisi penuh. Pengisian elektron dalam orbital-orbital
memenuhi beberapa peraturan.antara lain:
1) Prinsip Aufbau : elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi terendah dan
seterusnya.
Orbital yang memenuhi tingkat energi yang paling rendah adalah 1s
dilanjutkan dengan 2s, 2p, 3s, 3p, dan seterusnya dan untuk mempermudah dibuat
diagram sebagai berikut:
Contoh pengisian elektron-elektron dalam orbital beberapa unsur:
Atom H : mempunyai 1 elektron, konfigurasinya 1s1
Atom C : mempunyai 6 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2
2p2
Atom K : mempunyai 19 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2
2p6 3S2 3p6 4s1.
2) Prinsip Pauli : tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat bilangan
kuantum yang sama.
Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum
utama, azimuth dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus
berlawanan.
3) Prinsip Hund : cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah bahwa
elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing
orbital terisi dengan sebuah elektron.
Contoh:
Atom C dengan nomor atom 6, berarti
memiliki 6 elektron dan cara Pengisian orbitalnya adalah:
Berdasarkan prinsip Hund, maka 1 elektron dari lintasan 2s akan berpindah
ke lintasan 2pz, sehingga sekarang ada 4 elektron yang tidak berpasangan. Oleh
karena itu agar semua orbitalnya penuh, maka atom karbon berikatan dengan unsur
yang dapat memberikan 4 elektron. Sehingga di alam terdapat senyawa CH4 atau
CCl4, tetapi tidak terdapat senyawa CCl3 atau CCl5.
E. JARI-JARI ORBIT
Tiap elektron dapat bergerak mengelilingi inti atom hanya pada orbit-orbit
tertentu yang di izinkan, hal tersebut di sebabkan karena elektron dalam waktu
yang bersamaan berlaku sebagai partikel dan juga sebagai gelombang.
F. LEVEL ENERGI
Tiap elektron membutuhkan energi untuk dapat pindah dari orbit yang satu ke
orbit yang lain. Orbit pertama(yang paling dekat dengan inti)menyatakan level
energi pertama,orbit ke dua adalah level energi ke-2 dan seterusnya.makin
tinggi level energi,makin besar energi elektron dan makin besar orbitnya.
Jika terdapat energi dari luar seperti panas,cahaya dan radiasi lain membom
atom, maka hal ini akan mengangkat elektron ke level yang lebih tinggi,dalam
kondisi ini atom berada di keadaan eksitasi.
Dimana kondisi ini tidak akan berlangsung lama karena elektron akan kembali
ke level energi semula dengan melepaskan energi yang di terimanya dalam bentuk
panas,cahaya atau radiasi lain.
G.STRUKTUR MOLEKUL
Molekul didefinisikan sebagai sekelompok atom (paling sedikit dua) yang
saling berikatan dengan sangat kuat (kovalen) dalam susunan tertentu dan
bermuatan netral serta cukup stabil.
H. SEJARAH MOLEKUL
Walaupun keberadaan molekul telah diterima oleh banyak kimiawan sejak awal
abad ke-19, terdapat beberapa pertentangan di antara para fisikawan seperti Mach, Boltzmann, Maxwell, dan Gibbs, yang memandang
molekul hanyalah sebagai sebuah konsepsi matematis. Karya Perrin pada gerak Brown
(1911) dianggap sebagai bukti akhir yang meyakinkan para ilmuwan akan
keberadaan molekul.
Definisi molekul pula telah berubah seiring dengan berkembangnya
pengetahuan atas struktur molekul. Definisi paling awal mendefinisikan molekul
sebagai partikel terkecil bahan-bahan kimia yang masih
mempertahankan komposisi dan sifat-sifat kimiawinya. Definisi ini sering kali
tidak dapat diterapkan karena banyak bahan materi seperti bebatuan, garam, dan logam tersusun atas jaringan-jaringan atom dan ion yang terikat secara kimiawi dan tidak tersusun atas molekul-molekul
diskret.
I. UKURAN MOLEKUL
Kebanyakan molekul sangatlah kecil untuk dapat dilihat dengan mata
telanjang. Kekecualian terdapat pada DNA yang dapat mencapai ukuran makroskopis. Molekul terkecil adalah hidrogen diatomik (H2),
dengan keseluruhan molekul sekitar dua kali panjang ikatnya (0.74 Å). Satu molekul tunggal biasanya tidak dapat dipantau
menggunakan cahaya, namun dapat dideteksi menggunakan mikroskop gaya atom. Molekul
dengan ukuran yang sangat besar disebut sebagai makromolekul atau supermolekul. Jari-jari
molekul efektif merupakan ukuran molekul yang terpantau dalam larutan.
J. RUMUS MOLEKUL
Rumus empiris sebuah senyawa
menunjukkan nilai perbandingan paling sederhana unsur-unsur penyusun senyawa tersebut. Sebagai contohnya, air selalu memiliki nilai perbandingan atom hidrogen berbanding oksigen 2:1. Etanol pula selalu memiliki nilai perbandingan antara karbon, hidrogen, dan oksigen 2:6:1. Namun, rumus
ini tidak menunjukkan bentuk ataupun susunan atom dalam molekul tersebut.
Contohnya, dimetil eter juga memiliki nilai perbandingan yang sama dengan
etanol. Molekul dengan jumlah atom penyusun yang sama
namun berbeda susunannya disebut sebagai isomer.
Perlu diperhatikan bahwa rumus empiris hanya memberikan nilai perbandingan
atom-atom penyusun suatu molekul dan tidak memberikan nilai jumlah atom yang
sebenarnya. Rumus molekul menggambarkan jumlah
atom penyusun molekul secara tepat. Contohnya, asetilena memiliki rumus molekuler
C2H2, namun rumus empirisnya adalah CH.
Massa suatu molekul dapat dihitung dari rumus kimianya. Sering kali massa
molekul diekspresikan dalam satuan massa atom yang setara dengan
1/12 massa atom karbon-12.
K. GEOMETRI MOLEKUL
Molekul memiliki geometri yang berbentuk tetap dalam keadaan kesetimbangan.
Panjang ikat dan sudut ikatan akan terus bergetar melalui gerak vibrasi dan
rotasi. Rumus kimia dan struktur molekul merupakan dua faktor penting yang
menentukan sifat-sifat suatu senyawa. Senyawa isomer memiliki rumus kimia yang
sama, namun sifat-sifat yang berbeda oleh karena strukturnya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James and
Humiston, 1986. General Chemistry 4/E Principle and Structure, SI Version. New York: John Wiley & Sons.
Briggs, JGR, 2002.
Chemistry Insights. Singapore: Pearson Education Pte Ltd.
Briggs, JGR, 2002.
Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’ Level. Singapore Pearson Education Pte
Ltd.
Keenan, C. 1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Ompu, Marlan. 2002. Kimia SPMB. Bandung : Yrama Widya.
Petruci, Ralph. dan H
Suminar, 1989. Kimia dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3 , Edisi keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Petruci, Ralph. dan H
Suminar, 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1 , Edisi keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Smoot, Robert C. et al.
, 1989. Merrill Chemistry. New York: Glencoe Macmillan/ Mcgraw-Hill.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar . Bandung : ITB.
Comments
Post a Comment